Abah Hasyim Muzadi: Pejuang Sejati

STKQ Al-Hikam Depok | Mendirikan sebuah pondok pesantren tahfidzul Qur’an adalah perbuatan dan perjuangan yang sejati dan mulia. Inilah salah satu cita-cita mantan ketua umum PBNU tahun 2000-2010, Abah Hasyim Muzadi. untuk membangun pondok pesantren di tengah perkotaan kota Depok. Lebih tepatnya di Kelurahan Kukusan, Beji. Pada saat itu, masyarakat di daerah tersebut masih minim sekali pengetahuan dalam bidang agama Islam. Membenarkan anak-anak yang pintar juga menjadi motif mengapa pesantren itu dibangun berdampingan dengan Universitas Indonesia. Sebab, kecakapan dalam ilmu umum saja tidak cukup, melainkan juga harus dibekali pengetahuan tentang agama Islam.

Mewujudkan cita-cita ini tidaklah mudah, terutama di daerah perkotaan, butuh modal yang tidak sedikit. Al-Hikam Depok didirikan di atas tanah yang dibeli K.H. Hasyim Muzadi dari Ibu Meilani–seorang pengacara beragama Katolik yang berhati mulia. Karena kebaikannya, beliau memberikan harga tanahnya Rp200.000 per meter dari yang semula harga 1 juta per meter–setelah Abah bercerita ingin membangun sebuah pondok dan masjid di atas tanahnya yang seluas 1,2 hektar. Pembelian tanah tersebut tidak dibayar lunas secara kontan. Namun, dengan jangka waktu dua tahun setengah untuk melunasinya.

Dahulu, tanah yang sebelumnya belum dijadikan pondok merupakan sebuah empang dan butuh biaya 4 miliar untuk mengubur empang tersebut. Tidak ada kata menyerah bagi seorang mantan ketua PBNU demi mewujudkan cita-citanya dan mewujudkan generasi yang menjadikan Islam rahmatan lil ‘alamin.

Dalam membangun masjid, pondok pesantren, dan rumah asātiż, K.H. Hasyim Muzadi membutuhkan kurang lebih 30 sampai 40 orang pekerja. Oleh karenanya, dalam waktu yang singkat bangunan tersebut dapat berdiri dengan sempurna. Bersamaan dengan itu, beliau banting tulang agar bisa mendapatkan uang sebanyak 150 juta per bulan untuk menggaji para pekerja.

Masjid telah berdiri dengan megah di atas tanah yang dulunya sebuah empang. Namun, seorang kiai sepuh–guru abah Hasyim Muzadi–bertutur, “Masjidnya sangat bagus. Nanti, kalau kamu mau membangun pondok harus lebih mewah daripada rumahmu”. Niat beliau untuk membuat rumah yang bagus pun diurungkan. Disitu terlihatlah betapa taatnya seorang murid kepada gurunya.

Sesuai dengan pesan guru Abah Hasyim untuk membangun pondok yang mewah, Abah Hasyim sebagai seorang tokoh Islam menghabiskan miliaran rupiah untuk dapat membangun pondok yang mewah seperti auditorium. Hal ini sebagaimana beliau pernah mengatakan, “Membangun auditorium itu satu lantainya bisa menghabiskan biaya 1 miliar dan untuk menyelesaikan 3 lantai menghabiskan biaya hingga 4 miliar. Biaya sebesar itu merupakan hasil meminjam dari seorang yang dermawan. K.H. Hasyim Muzadi hanya boleh mengembalikan setengah dari uang yang dipinjamkan.”

Abah Hasyim Muzadi pernah berpesan, “Jika kamu menolong seseorang, jangan berharap balasan darinya. Jika kamu berharap maka 99% kamu akan kecewa. Tapi yakinlah bahwa Allah sendiri yang akan membalas setiap kebaikan yang kamu lakukan dengan cara terbaik-Nya.”

Keberhasilan membangun Al-Hikam Depok yang terletak di dekat Universitas Indonesia merupakan hasil dari ikhtiar beliau yakni puasa selama 1000 hari atas perintah gurunya dan salah satu doa yang dikabulkan Allah SWT. ketika di Kota Makkah Al-Mukarramah. Hj. Mutammimah–istri Abah Hasyim–pernah bertutur kepada wartawan, “Abah itu kalau punya hajat pasti langsung pergi ke kota Makkah untuk berdoa langsung di depan Ka’bah.” Ingin mempunyai menantu penghafal Al-Qur’an merupakan hajat K.H. Hasyim Muzadi, beliau pernah mengatakan, “Saya tidak akan membuka pesantren mahasiswi sebelum saya memiliki menantu yang hafal Qur’an 30 juz.”

Dalam pengajian terakhir kitab Al-Hikam–pada saat itu beliau dalam kondisi sakit–Abah pernah menyampaikan permohonan doa kepada santrinya, “Mohon doakan anak saya yang terakhir, meskipun  yang paling kecil di keluarga Insya Allah akan menjadi yang terbesar. Mohon doakan juga agar pondok saya yang di Depok akan menjadi pondok yang besar dan akan lebih besar daripada Al-Hikam Malang.”

Suatu ketika–tatkala semua bangunan telah berdiri kokoh–datanglah orang sepuh yang menemui K.H. Hasyim Muzadi dengan berkata, “Apakah kamu mendirikan pondok tahfidzul Qur’an sudah minta izin kepada orang yang memiliki Al-Qur`an?”. Maksud dari orang yang memiliki al-Qur`an adalah para pengasuh tahfidzul Qur’an yang sudah hafal al-Qur`an 30 juz. Akhirnya, sebelum peresmian Al-Hikam dilaksanakan beliau meminta Ustaz Arif Zamhari untuk mengundang seluruh pengasuh pesantren tahfidz Qur’an di Indonesia.

Peresmian Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depok akhirnya dapat dilaksanakan bertepatan pada tanggal 9 Januari 2011. Hadir dalam peresmian tersebut para tokoh & ulama besar seperti Syekh Wahbah Zuhaili dari Damaskus, Prof. Dr. Quraish Shihab, K.H. Maimun Zubair, serta 158 ulama pengasuh tahfidzul Qur’an di seluruh Indonesia. K.H. Hasyim Muzadi berharap semoga para santri bisa menjadi ulama internasional seperti Syekh Wahbah Zuhaili dan ulama nasional seperti Prof. Dr. Quraish Shihab dengan menanamkan nilai-nilai ilmiah dan amaliah sehingga menghasilkan Islam yang rahmatal lil ‘alamin.

Dikisahkan, ketika peresmian Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur`an ada salah seorang yang dapat dapat melihat hal gaib. Beliau berkata, “Dalam persmian itu banyak sekali pasukan berkuda dan di kubah Masjid ada makhluk yang sedang mengelilinginya.” Dari cerita tersebut ada yang beranggapan bahwa makhluk yang sedang mengelilingi kubah masjid tersebut adalah sosok yang akan menjaga Al-Qur’an para penghafal di Al-Hikam Depok.

Sungguh kejadian yang luar biasa, semoga kita sebagai santrinya mendapatkan keberkahan para ulama yang hadir di peresmian itu dan termasuk seorang yang mendapatkan doa-doa para ulama yang terkabulkan. K.H. Maimun Zubair di akhir acara peresmian mendoakan semoga para santri Abah Hasyim dapat menjadi penerus bangsa hingga terwujudnya negara Indonesia yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafūr.

Sumber : Walisongoonline.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *